Selasa, 27 Januari 2015

"Dadi manungsa kuwi sing paling utama, aja sok ngendel-endelake samubarang kaluwihane. Apa maneh mamerake kasugihan lan kapinterane. Yen anggone ngongasake dhiri mau mung winates ing lathi tanpa bukti, dhonge pakarti kaya mangkono iku yo bakal ngengon awak-e dadi salah sawijining manungsa kang ora aji. Luwih prayoga turuten kae pralampitane tanduran pari. Pari kang mentes kuwi yo mesthi bakal tumelung, lha... kang ndhongak mracihnani yen pari kuwi kothong tanpa isi."

Minggu, 01 September 2013

definisi autis


anak autisme sekolah khusus DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PERILAKU AUTISME
anak_autisme_sekolah_khusus
DEFINISI AUTISME
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang gejala-gejalanya meliputi perbedaan dan ketidakmampuan dalam berbagai bidang seperti kemampuan komunikasi sosial, kemampuan motorik kasar dan motorik halus, dan kadang kemampuan intelektual.
Tanda-tanda ini semuanya dimulai sebelum anak berusia tiga tahun. Autisme mempengaruhi pengolahan informasi di otak dengan mengubah cara sel saraf dan sinapsis mereka menghubungkan dan mengatur; bagaimana hal ini terjadi tidak dipahami dengan baik.
Kriteria Autisme berdasarkan DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal dua gejala dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2) dan (3).
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala di bawah:
a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang terarah,
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
d. Kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang,
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala berikut ini:
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
c. Ada gerakan-garakan yang aneh, khas, dan diulang-ulang.
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda tertentu.
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
(1) interaksi sosial;
(2) bicara dan berbahasa;
(3) cara bermain yang kurang variatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak.
Karakteristik Perilaku Bermain pada Penyandang Autisme
• Perilaku yang khas
• Menjaga jarak dengan orang lain
• Lebih sering sendiri atau paralel
• Bermain lebih sedikit dibanding non autistik
• Lebih sedikit menggunakan alat bermain dan kemampuan bermain sangat terbatas
• Kesulitan dalam bermain pura-pura dan menirukan sesuatu yang dilakukan orang lain.

Sabtu, 01 Januari 2011

Pengobatan Autis

By : Dr Kurt Woeller

Saya ingin menutupi ada perbedaan antara gluten sensitivitas dan penyakit Celiac. The gluten dan kasein diet bebas dianggap sebagai makanan utama bagi sebagian besar anak-anak dengan autism sebagai cara untuk mengurangi inflamasi protein ditemukan dalam gluten. Gluten adalah sebuah komponen gandum dan kasein ditemukan dalam produk susu. Makanan ini juga dapat menimbulkan masalah bagi anak-anak dengan Autism karena obat seperti efek dari peptida. Peptida dapat mempengaruhi kimia otak negatif dan mereka adalah rantai asam amino yang kecil.

Orang yang sensitif terhadap gluten mengalami masalah toleransi yang gluten gandum protein dalam produk. Penyakit celiac adalah kelainan genetik di mana orang tidak memiliki kemampuan untuk pemecahan protein ditemukan dalam gandum, salah satu disebut gluten dan lain disebut gliadin. Orang dengan penyakit Celiac kekurangan enzim yang diperlukan untuk memecahkan protein inflamasi ini ke dalam saluran pencernaan. Paparan ini dapat memakai protein inflamasi di lapisan permukaan saluran pencernaan sebagai akibat dari autoimun yang diciptakan. Jadi orang yang menderita penyakit Celiac semua memiliki kepekaan gluten tetapi tidak semua orang yang sensitif terhadap gluten memiliki penyakit Celiac.

Pengujian untuk intoleransi gluten dan penyakit Celiac bisa sangat rumit. Untuk mengidentifikasi kepekaan Anda dapat melakukan IgG profil kepekaan terhadap makanan dan mencari reaksi gluten, gliadin dan bahkan ke seluruh gandum kompleks. Untuk menguji Celiac jauh lebih mendalam. Anda dapat mencari IgG dan IgA reaksi gliadin dan Anda dapat melakukan tes kekebalan IgA untuk sesuatu yang disebut transglutaminase. reticulin antibodi juga dapat dinilai. Untuk mendapatkan diagnosis konklusif Celiac, beberapa gastrointestinal dokter akan melakukan pengujian yang lebih invasif mencakup lingkup ke dalam sistem usus untuk mendapatkan biopsi dari beberapa daerah.

cara belajar anak autis

Metode belajar yang tepat bagi anak autis disesuaikan dengan usia anak serta, kemampuan serta hambatan yang dimiliki anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak autis. Metode yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode. Banyak, walaupun tidak semuanya, anak autis yang berespon sangat baik terhadap stimulus visual sehingga metode belajar yang banyak menggunakan stimulus visual diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu sebagai media pengajarannya menjadi pilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster, bola, mainan balok, dll. Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autis didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai guru pembimbing khusus

Keluarga dengan Anak Autis Tak Perlu Cemas

Keluarga dengan Anak Autis Tak Perlu Cemas
Ketua Yayasan Autisma Indonesia, Melly Budiman (ANTARA/R.Sukendi)
Jakarta (ANTARA News) - Kehadiran anak dengan gangguan spektrum autistik seringkali menimbulkan krisis dalam keluarga secara terus-menerus, namun tidak berarti keluarga tersebut tak bisa keluar dari krisis tersebut, kata Psikolog dari UI Dr Adriana Soekandar Ginanjar.

"Krisis dalam keluarga dengan anak spektrum autistik biasanya jauh lebih berat daripada keluarga pada umumnya, namun banyak cara penanganan krisis ini sehingga mereka lebih bisa tegar dan bangkit, jadi tak perlu cemas," kata Koordinator Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI itu pada Expo Peduli autisme 2010 di Jakarta, Sabtu.

Gangguan spektrum autistik, urainya, merupakan bagian dari gangguan perkembangan anak yang ditandai terganggunya komunikasi, terganggunya sosialisasi dan adanya perilaku terbatas yang berulang, di mana si anak selain menarik diri juga sering menunjukkan perilaku agresif, hiperaktif, dan reaksi marah yang meluap.

Ia menguraikan, krisis yang biasanya dialami orangtua dengan gangguan spektrum autistik antara lain saat orangtua mendapat laporan diagnosis anak yang membuat mereka terkejut dan tidak percaya.

Gangguan kesehatan fisik yang biasanya berkaitan dengan gangguan spektrum autistik seperti epilepsi, alergi kronis, masalah pencernaan dan kelainan jantung, ujarnya, juga membuat orangtua stres karena anak tersebut berarti memerlukan tidak hanya perhatian lebih tetapi juga biaya lebih.

Sabtu, 18 Desember 2010

Penyebab Autis

Jumlah anak yang terkena autisme makin bertambah. Di Canada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut diatas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.
Sebagai contoh, perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemunkinan penyebab autisme yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Penelitian lainnya membantah hasil penyelidikan tersebut tetapi beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Jeane Smith (USA) bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi - saya dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.
Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , dan angka kejadian anak autisme masih terus meningkat diseluruh dunia. Saat ini sering timbul kekuatiran para orang tua jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme?, Marilah mengenal lebih dalam tentang Autisme pada anak----